Mamuju–Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) melalui Tim Laboratorium Agens Hayati beserta Tim UPTD Balai Proteksi Tanaman Panagan dan Hortikultura (BPTPH) melakukan Pengujian Patogenesitas Agens Pengendali Hayati Metarhizium sp. terhadap Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada tanaman jagung yaitu Ulat Grayak/Spodoptera frugiperda di Laboratorium UPTD BPTPH Kalukku, Mamuju, Sulbar, (28/07/2024). Pengujian diawali dengan melakukan Eksplorasi Ulat Grayak frugiperda sebagai sampel pengujian, selanjutnya larva uji hasil eksplorasi dibagi menjadi tiga perlakuan dan tiga ulangan pengujian. Selanjutnya akan dilakukan proses pengamatan mortalitas larva uji pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat tanda adanya infeksi patogen pada larva uji.Kepala UPTD BPTPH, Hasdiq Ramadhan mengatakan, Ulat Grayak frugiperda merusak tanaman jagung dengan cara larva mengerek daun, membuat lubang gerekan pada daun dan memakan daun dari tepi hingga ke bagian dalam dan menyebabkan kerusakan berat yang seringkali hanya menyisakan tulang daun dan batang tanaman jagung. “Jika larva merusak pucuk, maka daun muda atau titik tumbuh tanaman dapat menyebabkan kematian pada tanaman,” ujar Hasdiq. Menurut Hasdiq, salah satu agensia pengendali hayati yang cukup potensial dalam mengendalikan hama pada berbagai fase perkembangan, yaitu pemanfaatan Metarhizium sp. “Diketahui cendawan ini menguntungkan karena mampu menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada hama dengan cara memproduksi racun yang menyebabkan kelainan fungsi lambung tengah, hemocyt, tubulus malphigi dan jaringan otot pada hama inang,” ungkapnya. “Metarhizium sp. ini bersifat parasit pada beberapa jenis serangga dan bersifat saprofit di dalam tanah dan bertahan pada sisa-sisa bahan organik,” lanjutnya. Hasdiq menambahkan, saat ini penggunaan cendawan Metarhizium sp. terus diteliti dan dikembangkan di Laboratorium Agens Hayati, kemudian seluruh Agens Pengendali Hayati sebagai bahan pengendali perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui efektifitas maupun kemampuan APH dalam menginfeksi OPT sebelum dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya di kalangan petani.Sementara itu, Kepala Dinas TPHP Sulbar, Syamsul Ma’arif mengatakan, kegiatan ekplorasi seperti ini menjadi salah satu inovasi yang tentunya akan sangat membantu para petani Sulbar di lapangan. “Saya berharap inovasi ini jangan berhenti sampai di sini, Tim Laboratorium Agens Hayati terus melakukan percobaan dan berinovasi untuk menghasilkan produk berkualitas yang ramah lingkungan dalam mengatasi berbagai permasalahan OPT, ” ucapnya. Dia menambahkan, pemanfaatan entomopatogen tersebut merupakan salah satu upaya pengendalian ramah lingkungan dan dapat menjadi salah satu cara untuk menghindari dampak negatif penggunaan bahan kimia terhadap lingkungan.Penulis : Dinas TPHP SulbarEditor : humassulbar